Dilahirkan pada tahun 621 Masehi tepatnya di salah satu pusat utama Islam awal yakni, kota Madinah Al -Munawwaroh, beliau adalah Zaid bin Tsabit. زید بن ثابت mempunyai nama lengkap Zaid bin Tsabit bin Adh-Dahhak bin Zaid bin Ludzan bin Amr bin Abdu Auf bin Ghanam bin Malik bin Majjar bin Tsa’labah. Lahir dari pasangan Suami istri bernama Tsabit bin Qois dan Ummu Farwah bin Khazramah. Zaid besar dikalangan keluarga Bani Najjar yang mulai tinggal bersama Nabi Muhammad SAW ketika beliau hijrah ke Madinah.
Tokoh yang begitu berjasa dalam menghimpun mushaf Al-qur’an ini masuk Islam pada umur 11 tahun. Diumur yang masih belia ia sudah dikenal sebagai anak yang pemberani dan begitu bersemangat terlebih dalam memperjuangkan ajaran agama Islam. Dalam riwayat disebutkan, ketika perang uhud, Zaid yang masih kecil itu bersama kawan – kawannya datang menemui Rasulullah saw agar diperbolehkan untuk ikut serta dalam peperangan. Akan tetapi, Rasulullah menolak karena mereka terlalu kecil.
Pada awal berkembangnya Islam, ketika ada wahyu yang turun Rasulullah akan membacakan dan menyampaikannya. Terdapat beberapa sahabat yang diberi rahmat oleh Allah untuk mencurahkan segala perhatian kepada Al-qur’an sehingga mereka mampu dalam menghafal dan menulis Al-qur’an. Daya ingat dan kecerdasan Zaid bin Tsabit membuatnya diamanahi mengemban tugas yang begitu agung dalam sejarah Islam yakni menulis mushaf Al-qur’an, wahyu Allah SWT. Zaid bukan hanya di perintahkan untuk menulis Al-quran, suatu hari ketika Rasulullah hendak berdakwah ke luar kota dan mengirim surat ke beberapa raja. Zaidlah yang bertugas dalam ke penulisannya. la pun menyanggupi ketika Rasulullah memerintahkan untuk belajar bahasa Suryani dan Ibrani. Hingga ia mampu mempelajarinya sekaligus menghapal dalam waktu singkat.
Zaid bin Tsabit juga salah satu sahabat yang termasuk kalangan ulama’ di Madinah yang diakui keahliannya. Meliputi aspek fíqih, fatwa, dan faroidh. Rasulullah Saw bersabda, “Ummat yang paling menguasai faroidh adalah Zaid bin Tsabit”. Tidak hanya itu, ia telah meriwayatkan 92 hadist, 5 darinya disepakati oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Kehidupan Zaid begitu mulia. Ia telah meninggalkan warisan untuk kemaslahatan Islam. Pada masa pemerintahan khulafaur rasyidin lagi-lagi ia dipercaya dalam menghimpun dan menulis mushaf Al-qur’an. Saat itu, banyak penghafal Al-qur’an yang gugur dalam peperangan, sehingga di khawatirkan terjadi akan kepunahan Al-qur’an. Terlebih pada masa Utsman bin Affan tampak jelas hal- hal yang berbahaya karena perbedaan beberapa mushaf, yaitu perbedaan bacaan terhadap Al Qur an.
Semua orang yang membantu Zaid bin Tsabit adalah penulis wahyu dan penghafal Al-qur’an. Mereka berpegang pada petunjuk dan pendapat Zaid bin Tsabit juga menjadikannya alasan kuat dan keputusan akhir. Dia melaksanakan tugas ini dengan penuh kehati-hatian dan bersungguh- sungguh. Bahkan ia meneliti setiap bacaan agar tidak terjadi kesalahan satupun. Hingga kini Zaid telah meninggalkan mushaf Al-qur’an yang sangat berharga. Sampai saat ini Al-qur’an telah dipelajari dan di hapalkan ummat Islam di penjuru dunia.
Wafat di Madinah pada usia 56 tahun tepatnya di tahun 45 Hijriah. Kepergian Zaid membuat Abu Hurairah berkata, “Telah wafat orang yang terbaik dari Umat ini, semoga Allah menjadikan Ibnu Abbas sebagai penggantinya.” Pelestarian Al-qur’an begitu tak mudah telah dilakukan para sahabat Nabi di masa lampau. Masa kini giliran para umat penerus mempertahankan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari. Semua itu bisa menjadikan Zaid bin Tsabit sebagai suri tauladan.
(Red/ Nazwa Aghnia)
Tinggalkan Komentar