Info Pondok
Kamis, 16 Jan 2025
11 Maret 2024

Kontroversi Pemberian Titik & Harokat Pada Al-Qur’an

Senin, 11 Maret 2024 Kategori : Opini

Nuzulul Qur’an merupakan sebuah peristiwa agung dimana Rasulullah Muhammad saw mendapatkan risalah dan wahyu untuk kali pertama. Nuzulul Quran terjadi pada malam 17 Ramadhan saat Nabi Muhammad saw sedang berdiam diri di Gua Hira”. Ayat yang pertama kali turun adalah surah Al-Alaq ayat 1-5. Kemudian secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan. 22 hari wahyu-wahyu terkumpul menjadi Al-Qur’an yang biasa dibaca saat ini.

 

Al-Qur’an merupakan kalamullah yang dirisalahkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril. Al- Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surah 6.666 ayat dan kurang lebih 340.740 huruf. Bahasa yang digunakan Al-Qur’an adalah bahasa arab. Dengan bahasa arab itulah para sahabat menulis ayat-ayat Al-Qur’an di pelepah kurma, kulit unta bahkan batuan.

 

Sepeninggal Nabi Muhammad saw, tepatnya pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, Al- Qur’an di bukukan. Pembukuan Al-Qur’an bertujuan agar Al-Qur’an mudah dipelajari bagi orang-orang yang belum hafal Al Qur’an karena pada saat itu banyak para penghafal Al Qur’an yang gugur dalam medan peperangan. Dari awal penulisan Al- Qur’an hingga saat ini apakah bentuk tulisan dan khot dalam Al-Qur’an sama?

 

Pada saat awal pembukuan Al- Qur’an, huruf – huruf yang digunakan adalah huruf arab kufi. Huruf arab kufi adalah huruf arab yang tidak memiliki tanda apapun, baik titik maupun harokat. Dengan huruf arab kufi itulah Al-Qur’an disebar luaskan kepada seluruh masyarakat Islam baik Arab maupun non Arab.

 

Penulisan dan pembukuan Al-Qur’an berlangsung selama 40 tahun. Hingga suatu saat, pada masa kepemimpinan khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan, beliau meminta salah seorang anak gurbernurnya yakni Ubaidillah bin Ziyad untuk datang ke beliau. Ternyata khalifah Muawiyah mendapati banyak kesalahan ejaan pada setiap kalimat arab yang diucapkan oleh Ubaidillah bin Ziyad. Khalifah Muawiyah kemudian mengirim surat dan menegur gubernur Ziyad bin Abihi atas kesalahan ejaan arab anaknya.

 

Tanpa pikir panjang, Ziyad mengutus seorang ahli bahasa, yakni Abu Al Aswad Ad – Duali agar memberikan sesuatu pada hurut kufi agar tidak terjadi salah ejaan lagi. Kesalahan ejaan ini juga tak hanya terjadi pada percakapan sehari-hari namun juga pada bacaan Al-Qur’an.

 

Pada awal pemberian harakat, Abu Aswad Ad-Duali hanya peab memberi satu titik di atas huruf untuk bunyi “a”, bunyi “i” dengan titik di bawah huruf, bunyi “u” dengan titik di depan huruf, dan dua titik di atas huruf untuk harakat sukun.

 

Tanda-tanda ini kemudian dikembangkan menjadi harakat yang sempurna seperti saat ini. Pengembangan ini juga terjadi pada huruf-huruf yang sama penulisannya, seperti tiga titik di atas untuk hurut ‘ba’, dua titik di atas untuk huruf ‘ta’ dan sebagainya.

 

Dari pengembangan dan pemberian titik dan harakat pada Al- Qur’an, lantas bagaimana pendapat masyarakat terhadap hal ini?

 

• Pendapat pertama mengatakan pemberian titik dan harakat pada Al-Qur’an adalah sebuah bid’ah. Hal ini tidak pernah ada dan tidak pernah diajarkan pada zaman Nabi Muhammad saw. Saat pembukuan Al-Qur’an pun, para sahabat dan tabi’at tabi’in tidak ada yang berani memberikan tanda apapun pada mushaf Al-Qur’an. Sekalipun itu adalah oleh pengharum dan tanda kertas. Hal ini dipertegas oleh fatwa ahli qur’an “Murnikanlah Al-Quran, jangan dicampuri suatu apapun”.

 

Pendapat tedua mengatakan sekalipun pemberan titik dan harakat pada Al-Qur’an adalah bid’ah, namun hal ini adalah bid’ah hasanah. Tujuan pemberian titik dan harokat pada Al-Qur’an semata-mata hanya untuk mempermudah proses pembelajaran Al-Qur’an. Tidak tersemat tujuan untuk merubah maupun menghilangkan ajaran Nabi Muhammad suw. Dengan harakat dan titik, Al-Qur’an dapat disebarluaskan dengan bebas tanpa takut jika ada bacaan Al-Qur’an yang salah membaca.

 

Hingga saat ini Al-Qur’an masih terus dipelajari oleh kaum muslim dan saat ini atas gagasan Abu Aswad Ad-Duali kaum muslim dapat mempelajari Al-Qur’an dengan lebih mudah.

 

(Red/Mauritsa Ahsana)

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar