Zikir adalah aktivitas seorang hamba dalam menyebut nama Allah. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah ‘Sebutlah nama-Ku, Aku akan menyebut namamu,’ dan ‘Wahai orang-orang yang beriman, sebutlah nama Allah dengan sebutan yang banyak.’ Maksud dari ‘sebutan yang banyak’ adalah tidak melupakan Allah di hati selamanya.
“Zikir seharusnya dapat meninggalkan atsar atau bekas zikir yang menyebabkan ketenangan hati dan pikiran bagi seorang muslim sehingga bisa terhindar dari melakukan kemaksiatan,” jelas senat Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA), Hj Bashirotul Hidayah, Jum’at (19/1/2024).
Pentingnya zikir juga dijelaskan oleh Syekh Zarruq dalam kitabnya, yakni salah satu tujuannya adalah agar batinnya hidup sehingga seorang mukmin bisa terjaga dari perbuatan maksiat.
تنبيه: الذكر حياة القلب والغفلة موته وغايتها تنتهى لاستحسان القبيح ومبدأ ذلك نسيان قبحه
Artinya, “Peringatan: Zikir itu menghidupkan hati. Lalai itu mematikan hati. Sementara puncak dari kelalaian itu nanti berakhir pada menganggap baik sesuatu yang sebenarnya adalah tidak baik. Sedangkan awal dari semua itu adalah lupa atas ketidakbaikan hal itu,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 61).
Hj Bashirotul Hidayah lalu menjelaskan “Adapun hal-hal yang menyebabkan dzikir tidak memiliki atsar yaitu karena ketika berdzikir terburu-buru, padahal terburu- buru adalah pekerjaan syaitan,” imbuhnya.
Tokoh agama yang akrab disapa Ning Ida ini mengatakan bahwa dalam zikir jangan terburu-buru. Hal ini seperti dikutip dari kitab Nashoihul Ibad, Bab Lima Perkara, sebagaimana yang diriwayatkan dari Hatim Al Asham ra, ia berkata sebagai berikut :
اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّافِى خَمْسَةِ مَوَاضِعَ فَإِنَّهَا مِنْ سُنَنِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari syaitan, kecuali pada lima tempat karena sesungguhnya tergesa-gesa dalam hal itu merupakan sunnah Rasulullah Saw.
“Ojo kesusu, ojo mikir ndang mari ndang wes naliko dzikir jamaah utowo dewe, perangi nafsune ben dzikire ono labete“, ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amanah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang ini.
Oleh karenanya, Ning Ida menyarankan agar tidak terburu-buru ketika berzikir dan jangan berfikir yang penting cepat selesai. Namun, seorang mukmin harus memerangi hawa nafsu untuk cepat selesai agar zikir yang ia amalkan bisa meninggalkan atsar.
Ning Ida juga mengingatkan pentingnya memahami makna dzikir yang sedang diamalkan. Ketika membaca sesuatu, tapi tidak tahu atau tidak berusaha mencari tahu artinya apakah tidak akan paham apa maksud dan tujuannya.
Untuk itu, Ibu Nyai Ida menyarankan kepada kaum mukmin agar ketika berdzikir juga sambil membiasakan untuk memikirkan (ngangen-angen) maknanya dan juga menyelaraskan antara zikir dengan hati, pikiran dan lisannya.
“Biasakno angen-angen maknane, selaraske ati pikiran lan lisane“, tegasnya
Ning Ida memberikan tambahan, ketika memilih imam salat (salat termasuk bentuk zikir) ataupun zikir untuk memilih imam yang sekiranya alim, yakni orang yang tidak terburu-buru dan yang bisa ngangen angen maknane, sehingga zikirnya bisa meninggalkan atsar bagi mukmin yang mengamalkannya.
“Pilih imam salat dan yang memimpin zikir orang yang alim, biar zikirnya berdampak,” tandasnya.
Kontributor : Nailiy Ulya Ulin Ni’mah
Editor : Tim Jurnalistik Al Amanah
Tinggalkan Komentar