Info Pondok
Jumat, 20 Sep 2024
19 Agustus 2024

Apa Arti Kemerdekaan?

Senin, 19 Agustus 2024 Kategori : Karya Santri

“Hahaha! Itu lucu banget.”
Malam ini Akhtar mononton TV bersama sang Ayah. Ia tertawa dengan keras lantaran acara TV yang ia tonton bersama ayah penuh lelucon.
“Akhtar, ini sudah malam, ayo tidur!” ucapan sang Bunda berhasil membuyarkan tawa dan keasyikan Akhtar, pipinya menggelembung seketika dengan bibir yang mengerucut.
“Benar Akhtar, sana tidur! ini sudah malam.” Ayah yang menyetujui ucapan Bunda berhasil mendapatkan tatapan kecewa dari Akhtar, ia pikir sang Ayah berpihak padanya.
“Huh baiklah, aku tidur,” melihat Akhtar berdiri Ayah dan Bunda tertawa lirih.
“Selamat malam ayah, bunda.” Ujar Akhtar sebelum ia menutup pintu kamarnya dan merebahkan tubuhnya.
***

“Semangat! Kita pasti bisa melawan penjajah!” pekik seorang pemuda menyalurkan semangat kepada orang-orang disana.
Akhtar mengerutkan keningnya, ia tak paham apa yang terjadi dan bingungia ada dimana. Banyak bangunan hancur, penduduk yang tak begitu padat, serta pepohonan rindang yang masih banyak, membuat suasanamya jadi seperti zaman dahulu.
Setelah pemuda tadi mengobarkan semangat, seluruh orang disana pergi, begitu juga dengan Akhtar. Anehnnya, kaki Akhtar berjalan dengan sendirinya, ia benar-benar tidak merasa menggerakkannya. Bahkan tanganya menggenggam bambu runcing. Ia muali mengangkat tinggi-tinggi bambu tersebut ketika dihadapannya ada seorang lelaki bersenjata lengkap jelas-jelas bukan orang pribumi.
Akhtar terus berusaha menyerang orang tersebut, walaupun orang tersebut membawa tembak, ia tetap berusaha menghindar dan menyerang sekuat tenaga. Emosi mulai memenuhi dirinya, walaupun saai ini tubuhnya masih bergerak dengan sendirinya. Hingga sebuah tembakan telah mengenai dada kirinya membuat tubuhnya ambruk dengan darah yang keluar tanpa henti dari dada kirinya. Samar-samar ia mendengar pembicaraan seseorang, entah apa pula artinya, jelas ia mempertaruhkan jiwa raganya demi bangsa dan tanah air, setelahnya tak ada apapun yang ia dengar. Semuanya terasa gelap.

***

Pekikan suara Bunda membangunkan Akhtar dari mimpi indahnya. Dengan malas dan mata yang belum terbuka sepenuhnya Akhtar duduk sejenak, lalu jalan dengan gontai menuju kamar mandi. Akhtar membasuh wajahnya dengan air, mengucek matanya sejenak, lalu menatap siluet dirinya di cermin, ia terperanjat ketika teringat dengan mimpinya semalam. Mimpinya terasa nyata, membuatnya benar-benar berada dimasa penjajahan.
Pikiran Akhtar dipenuhi mimpi tersebut, apa maksud dari mimpi tersebut?

“Akhtar kalau di makar mandi jangan lama-lama!” pekikan sang Bunda membuyarkan lamunan Akhtar, akhirnya ia bergegas untuk mandi.
***

Menjelang 17 Agustus, semua orang sibuk menyiapkan berbagai perlengkapan, begitu pula dengan Akhtar dan teman sekelasnya. Namun Akhtar hanya melamun, memikirkan mimpinya lagi dan lagi.
“Woy bengong mulu!” Aldan menepuk bahunya dengan sedikit berteriak, membuat Akhtar terkejut dan refleks menutup telinga. Akhtar menatap Aldan dengan tajam. Sungguh menyebalkan! Aldan malah nyengir dengan tenang tanpa merasa bersalah.
“Ngapain sih? Kok diem aja?” Akhirnya Aldan menanyakan hal tersebut, Akhtar menghembuskan nafasnya dengan perlahan.

“Aku mimpi aneh,” kalimat yang berhasil menimbulkan kerutan di dahi Aldan, sudah ia tebak! Pasti temannya kebingungan.
***
Pulang sekolah kali ini Akhtar mengayuh sepedanya perlahan, melihat keadaan sekitar, dilihatnya beberapa perempuan yang membuat video trend tiktok, tidak bermanfaat sekali, sedikit lebih jauh, ia melihat orang-orang yang membeli barang dengan harga mahal yang tidak terlalu bermanfaat. Lebih jauh lagi, Akhtar melihat seorang pengemis jalanan yang sedang meminta-minta. Akhtar menghela nafas, ia bergegas pulang ke rumah untuk beristirahat.
Di rumah ia membuka ponselnya, melihat berita yang sedang ramai dibicarakan, artis yang menyuap, pejabat korupsi, Akhtar menggelengkan kepalanya heran? Apakah negerinya baik-baik saja?

***

17 Agustus tentu dimeriahkan dengan berbagai lomba. Akhtar, Aldan dan yang lain turut berpartisipasi dalam lomba yang diadakan. Ia yakin bahwa ia dapat melaksanakan lomba dengan jujur tanpa kecurangan, ia begitu semangat, mengingat mimpinya yang lalu, Akhtar meniru semangat para pejuang.
“Aldan kita harus berusaha bersungguh-sungguh!” Akhtar menyemangati Aldan dan mendapat anngukan tegas dari Aldan, Akhtar tersenyum, ia berjanji pada dirinya bahwa ia harus menjadi penerus bangsa yang merubah Indonesia menjasi semakin baik.

***
Kata Merdeka tidak berarti apa-apa dalam era globalisasi ini, lihat saja Indonesia tetap dijajah, penjajahan dingan memang taka da tumpah darah, namun apakah mereka baik-baik saja dengan sikap yang menyimpang?
Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

 

***

Karya Santri Putri PP. Al-Amanah
Red: Mahal Ilafi Mujtaba

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar