Bulan Sya’ban adalah salah satu bulan yang memiliki makna penting dalam kalender Islam. Meskipun tidak sebesar Ramadhan atau Dzulhijjah, bulan ini tetap memiliki keistimewaan dan tradisi tersendiri yang dijalankan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tradisi dan amalan yang dianjurkan untuk dilakukan selama bulan ini.
Bulan Sya’ban merupakan bulan ke-8 dalam kalender Islam dan termasuk syahru al-haram, bulan yang dimuliakan oleh Allah. Rasulullah SAW seringkali memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, menjadikannya sebagai persiapan menuju bulan Ramadhan yang akan datang. Selain itu, bulan Sya’ban juga dianggap sebagai pembuka rezeki dan ajang untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT.
Berbagai tradisi telah berkembang di kalangan umat Muslim untuk memperingati bulan Sya’ban. Salah satunya adalah malam Nisfu Sya’ban atau malam pertengahan bulan Sya’ban. Malam ini dianggap sebagai malam istimewa di mana doa-doa dikabulkan oleh Allah SWT, karena pada malam Nisfu Sya’ban, Allah membukakan 300 pintu rahmat dan mengampuni semua orang kecuali orang yang mempersekutukan Allah.
Adapun amalan yang biasa dilakukan adalah dengan membaca Surah Yasin tiga kali yang disertai niat mendapatkan pengampunan dan barokah Allah SWT. Selain itu, terdapat beberapa amalan yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Muslim. Beberapa di antaranya adalah
– memperbanyak puasa sunnah.
Namun, amalan memperbanyak puasa sunnah setelah malam Nisfu Sya’ban, madzhab Syafi’i melarang karena pada hari-hari setelah Nisfu Syaban itu digunakan untuk persiapan bulan Ramadhan.
Adapun ulama sepakat bahwa amalan tersebut diperbolehkan bagi orang yang sudah terbiasa puasa sunnah senin kamis, puasa daud, ataupun orang yang menqadha puasa dan membayar kafarat dengan berpuasa.
– Memperbanyak ibadah, seperti shalat malam, dzikir, bersholawat, dan membaca Al-Qur’an.
Dalam bulan sya’ban kita dianjurkan untuk bersholawat, karena ayat alqur’an yang menjelaskan tentang perintah bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Diturunkan pada bulan ini, yakni QS. Al-ahzab ayat 56 yang berbunyi :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya, “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Turunnya ayat tersebut menjadi perintah dari Allah Swt. Untuk hambanya agar senantiasa bersholawat dan mencari syafaat Rosulullah SAW.
– Memperbanyak bersedekah dan berbagi rezeki kepada sesama, sebagai bentuk kebaikan dan amal yang dianjurkan dalam Islam.
Amalan memperbanyak sedekah ini tertanam dalam nilai nilai tradisi masyarakat, yaitu ambengan. Ambengan merupakan sebuah tradisi yang dilakukan sebagian masyarakat indonesia sebagai bentuk penghormatan dan kebersamaan antarwarga. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan cara membawa makanan atau hidangan khas daerah, kemudian dibagikan kepada tetangga, keluarga, dan orang-orang yang membutuhkan.
Dalam tradisi ini, masyarakat saling berbagi makanan yang menjadi simbol persatuan dan kedekatan antarwarga. Hal ini juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi serta menjaga keharmonisan dalam suatu komunitas.
Hadits riwayat al-Baihaqi, Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ أَحْيىَ لَيْلَةَ العِيْدَيْنِ وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوْتُ القُلُوْبُ.
“Siapa saja yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Sya’ban, niscaya tidaklah akan mati hatinya pada hari dimana pada hari itu semua hati menjadi mati.”
Maka dari itu, semoga tradisi-tradisi bulan Sya’ban menjadi sarana untuk meraih ridha Allah SWT dan mempererat persaudaraan umat Muslim.
Oleh : Ariella Azizah
Editor : Tim Jurnalistik Al Amanah
Tinggalkan Komentar