Info Pondok
Sabtu, 12 Okt 2024
13 Juni 2023

Gangguan Lato-Lato Saat Sholat

Selasa, 13 Juni 2023 Kategori : Bahtsul Masail

Deskripsi masalah:

  1. Paijo adalah seorang imam tetap di sebuah m asjid . suatu hari ia menjadi imam sholat isya’ di masjid tersebut.Ketika sedang membaca surat al fatihah pada rakaat ke 2 tiba tiba ia mendengar suara lato lato yang sangat keras dan mengganggu ,hal tersebut membuat paijo kesusahan untuk fokus membaca surat al fatihah sehingga ia terus mengulangi bacaan surat al alfatihah tersebut.

Pertanyaan:

  1. Apakah boleh mengulang ulang bacaan surat al fatihah dalam sholat?

Jawaban:

  • Menurut kitab Fathul Qorib karangan Syekh Muhammad Abul Qosim Al –Ghozzi

Jikalau penyela-penyelaan dzikir yang lain atau diam yang lama itu dilakukan karena lupa atau tidak tau atau karena diam untuk mengingat ayat, maka hal tersebut tidaklah masalah seperti kasus mengualang-ulang ayat dari fatihah ditempatnya walaupun tidak ada alasan atau walaupun mengulangi terhadap lafadz yang dibaca sebelum selesainya fatihah dan dilanjutkan kembali.

‘Ibaroh :

فَلَوْ كَانَ تَخَلُّلُ الذِّكْرِ الأَجْنَبِيِّ أَوِ السُّكُوْتُ الطَّوِيْلُ سَهْوًا أَوْ جَهْلًا أَوْ كَانَ السُّكُوْتُ لِتَذَكُّرِ آيَةٍ لَمْ يَضُرَّ كَمَا لَوْ كَرَّرَ آيَةً مِنْهَا فِى مَحَلِّهَا وَلَوْ لِغَيْرِ عُذْرٍ أَوْ عَادَ إِلَى مَا قَرَأَهُ قَبْلُ وَاسْتَمَرَّ عَلَى الأَوْجَهِ  (فتح القريب : ص. 11)

  • Menurut kitab Fathul Wahab karangan Syekh Abu Yahya Zakariya Al -Anshori

Sedangkan menurut kitab ini Syekh Zakariya mengatakan bahwa mengulang ulang bacaan al fatihah itu tidak masalah atau tidak akan menimbulkan hukum apapun meskipun tanpa disertai adanya udzur. Jadi baik dengan adanya udzur atau pun tidak hal tersebut tidak masalah jika seseorang terus mengulangi bacaan al fatihah.

‘Ibaroh :

(فَيَقْطَعُهَا تَخَلُّلُ الذِّكْرِ) وَاِنْ قَلَّ (وَسُكُوْتٌ طآلٌّ) عُرْفًا (بِلاَ عُذْرٍ) فِيْهِمَا (اَوْ) سُكُوْتٌ (قُصِدَ بِهِ قَطْعُ الْقِرَاءَةِ) لَا شِعَارَ ذَلِكَ بِاْلاَعْرَاضِ عَنِ الْقِرَاءَةِ بِخِلَافِ سُكُوْتٍ قَصِيْرٍ لَمْ يُقْصَدْ بِهِ الْقَطْعُ اَوْ طَوِيْلٌ اَوْ تَخَلُّلِ ذِكْرٍ بِعُذْرٍ مِنْ جَهْلٍ وَسَهْوٍ وَاِعْيَاءٍ وَتَعَلُّقِ ذِكْرٍ بِالصَّلَاةِ كَتَأْمِيْنَةٍ لِقِرَاءَةِ اِمَامِهِ وَفَتْحِهِ عَلَيْهِ اِذَا تَوَقَّفَ فِيْهَا وَوَجْهُهُ فِيْ الذِّكْرِ المذْكُوْرِ اَنَّهُ مَسْنُوْنٌ لَكِنِ الْاِحْتِيَاطُ اِسْتِئْنَافُهَا لِلْخُرُوْجِ مِنَ الخِلَافِ وَلَا َيَفْتَحُ عَلَيْهِ مَادَامَ يَرَدُّدُ الْآيَةَ قَالَهُ المتَوَلِّى وَقَوْلِيْ بِلَا عُذْرٍ مِنْ زِيَادَتِيْ فِيْ الثَّانِيْ وَاَوْلَى مِمَّا ذَكَرَهُ فِيْ الْاَوَّلِ. (فتح الوهاب. ص: 40)

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar